Senin, 10 Oktober 2011

PENINGKATAN KEAKTIVAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MELALUI PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR

ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional dan lebih cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Pemberian motivasi dengan cara benar sehingga siswa bergairah dalam belajar dan prestasi hasil belajar meningkat. Berbagai bentuk motivasi yang dapat diberikan oleh seorang pengajar yaitu penilaian, hadiah, kompetisi, ego, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman dan tujuan yang diakui.

Kata Kunci : Motivasi yang benar hasil belajar meningkat





PENDAHULUAN
Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Menurut Buchori (dalam Khabibah, 2006:1) menyatakan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Dalam proses pembelajaran yang merupakan suatu sistem pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak.
Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar di kelas, oleh karena itu, perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Misalnya dengan adanya penataran guru, penyediaan buku paket, dan alat-alat laboratorium serta penyempurnaan kurikulum. Berdasarkan hasil evaluasi upaya-upaya tersebut ternyata belum berhasil meningkatkan prestasi peserta didik secara optimal sebagaimana yang diinginkan.
Berlakunya kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas ataupun di luar kelas).
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan (Komarudin, tth:2).
Dalam Udang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian.
Hakikat pendidikan pada prinsipnya merupakan usaha untuk memanusiakan manusia melalui peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) melalui jalur pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal. Pendidikan agama Hindu dalam pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal adalah merupakan usaha untuk meningkatkan dan membantu pertumbuhan jasmani dan rohani peserta didik sesuai dengan ajaran agama Hindu sebagai pokok materi pembinaan mental spiritual dan penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.
Tindakan pengajaran merupakan tindakan yang dilandasi oleh pemikiran yang bermuara pada siswa. Guru dan siswa harus ditempatkan sebagai subjek belajar, maka proses belajar merupakan aktivitas, dengan guru sebagai katalisator dan dalam arti yang luas sebagai sumber energi yang utama, tetapi tidak memandang siswa sebagai sumber pengetahuan yang sedikit. Di pihak lain apabila proses pembelajaran telah membentuk partisipasi aktif antara kedua belah pihak (guru dan siswa), guru harus menyadari bahwa biasanya siswa mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang mungkin belum dipahami guru.
Pengajaran yang merupakan suatu proses komunikasi yang memungkinkan siswa sebagai penerima pesan berubah fungsinya sebagai sumber. Perubahan fungsi ini akan terjadi apabila antara guru dan siswa mempunyai daerah lingkup pengalaman (area of experience) yang sama. Proses komunikasi terjadi bukanlah sekedar proses pertukaran informasi dari guru dengan siswa, akan tetapi proses interaksi dua arah yang mengandung tindakan atau perbuatan antara kedua belah pihak, baik pengirim maupun penerima materi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran menuntut terciptanya interaksi yang baik antara guru dengan siswa, yang akan merangsang tumbuhnya dialog internal pada diri siswa sebagai pebelajar. Apabila situasi ini terbentuk maka interaksi akan meluas, tidak hanya guru dengan siswa akan tetapi terbentuk pula interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan materi pembelajaran, siswa dengan media pembelajaran, siswa dengan lingkungan.
Tapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran, anak kurang termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir, tapi diarahkan pada kemampuan untuk menghafal informasi sehingga otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa tuntutan untuk mengaplikasikan dan menghubungkan informasi-informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya anak didik lulus hanya pintar secara teoretis tetapi tidak mampu mengaplikasikannnya.
Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, siswa dalam proses pembelajaran terasa perlu diberikan rangsangan melalui motivasi dalam hal ini adalah motivasi belajar, dengan demikian yang dapat ditelaah lebih lanjut apakah motivasi itu dan langkah-langkah apa yang dapat memotivasi belajar siswa sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar yang bermakna.

BAGIAN INTI
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Motivasi berasal dari motif yang memiliki arti sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang lebih aktif guna mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2007:73) menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Nasution (1994:9) menyatakan motivasi adalah psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran, motivasi belajar adalah psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi baik yang berupa dorongan untuk belajar yang datang dari dalam atau motivasi instrinsik mencakup antara lain dorongan ingin tahu (coriusity). Memang dorongan dari dalam memang tidak cukup, karena itu diperlukan dorongan dari luar seperti angka (nilai), kondisi kelas, sekolah, tes, ujian dan pujian guru. Sehingga secara tradisional, motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri siswa yang bersangkutan tanpa bantuan atau rangsangan orang lain (guru) karena merupakan tanggung jawab. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar diri siswa, seperti keinginan untuk mendapat hadiah, pujian dan lain-lain.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam wati 2002:8) juga mengemukakan bahwa : “Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar dan ia sungguh-sungguh belajar tanpa disuruh orang lain”.
Lebih lanjut Menurut Handoko (1992:9) menyatakan motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya berdasarkan motif yang ada. Motif merupakan suatu alasan/dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu. Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang. Motivasi bukan merupakan suatu yang netral atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalamam masa lampau, taraf intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan sebagainya.
Dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan/kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur di atas terjadi di dalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal di luar diri manusia, misalnya keadaan cuaca, kondisi lingkungan dan sebagainya.
Motivasi dalam diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif-motif lain yang lemah. Untuk mengetahui kekuatan relatif motif-motif yang sedang menguasai seseorang, pada umumnya dapat dilihat melalui : (a) kuatnya kemampuan untuk berbuat, (b) jumlah waktu yang disediakan, (c) kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, (d) kerelaan mengeluarkan biaya demi perbuatan itu, dan (e) ketekunan dalam mengerjakan tugas dan lain-lain.
Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan terdorong untuk bertindak manakala dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini menimbulkan keadaan ketidakseimbangan (ketidakpuasan) yaitu ketegangan-ketegangan, dan ketegangan itu akan hilang manakala kebutuhan itu telah terpenuhi.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan yaitu motivasi dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, ada sembilan yaitu :
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol nilai kegiatan belajar. Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat, tetapi juga banyak siswa belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Maka selanjutnya yang dapat dilakukan guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisii dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Ego (Involvement)
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa sebagai subyek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5. Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui kalau ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi tetapi yang harus diingat oleh guru, aadalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis. Dalam hal ini guru juga harus terbuka, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
6. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan apa lagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan denga tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan. Maka akan timbul gairah untuk belajar.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi manusia tidak selalu timbul dengan sendirinya, motivasi dapat ditimbulkan, dikembangkan dan diperkuat. Motivasi berkembang sesuai dengan taraf kesadaran seseorang akan tujuan yang hendak dicapainya. Makin luas dan makin sadar orang akan tujuan yang hendak dicapainya, akan semakin kuat pula motivasi untuk mencapainya. Makin kuatnya motivasi di sini tidak berarti orang pasti mendekati tujuan, dapat pula terjadi sebaliknya maka menghindari motivasi dengan hasil yang tidak memuaskan makan pemberian motivasi pada siswa harus dengan benar, seperti memberikan angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego(Involvement), memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman dan tujuan yang diakui.

DAFTAR RUJUKAN
Desak Made Wati. 2007. Bimbingan Peningkatan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas VI SD No. 27 Pemecutan. Singaraja

Dahar, R. W., 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Dimyati dan Mudjiono, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti

Istijanto, M.M, M. Com. 2006. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Martin Handoko. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta : Kanisius

Nasution, Noehl. Drs., MA. dkk. 1994. Psikologi Pendidikan. Pondok Cabe : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha dan Universitas Terbuka

Sardiman. A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Semiawan, Conny R. Prof, Dr. 2002. Belajar dan pembelajarann Prasekolah dan sekolah dasar. PT Indeks

Sri Anitah Wiryawan, Dra. dkk. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha dan Universitas Terbuka

Suparno, P. joko, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius
Trianto, S.Pd., M.Pd. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar